1.
Pengertian Blangkon
Blangkon adalah tutup kepala yang terbuat
dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional
Jawa. Setiap daerah mempunyai jenis blangkon yang berbeda. Blangkon Yogya dan
Blangkon Surakarta/Solo mempunyai perbedaan pada bagian belakangnya,
Pada blangkon Yogya terdapat ‘modolan’,
sedangkan blangkon solo bagian belakangnya pipih/rata. Hal ini tentu mempunyai
filosofi masing-masing, berikut adalah filosofi dari kedua jenis blangkon.
A. Blangkon Yogya
Blangkon yogya mempunyai mondolan,mondholan gaya Yogyakarta berbentuk bulat
seperti onde-ondehal ini dikarenakan pada waktu itu, awalnya laki-laki
Jogja memelihara rambut panjang kemudian diikat keatas (seperti Patih Gajah
Mada) kemudian ikatan rambut disebut gelungan kemudian dibungkus dan diikat,
lalu berkembang menjadi blangkon.
Kemudian menjadikan salah satu filosofi
masyarakat jawa yang pandai menyimpan rahasia, tidak suka membuka aib orang
lain atau diri sendiri karena ia akan serapat mungkin dan dalam bertutur kata
dan bertingkah laku penuh dengan kiasan dan bahasa halus, sehingga menjadikan
mereka selalu berhati-hati tetapi bukan berarti berbasa-basi, akan tetapi
sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang jawa. Dia pandai menyimpan rahasia
dan menutupi aib, dia akan berusaha tersenyum dan tertawa walaupun hatinya
menangis, yang ada dalam pikirannya hanyalah bagai mana bisa berbuat yang
terbaik demi sesama walaupun mengorbankan dirinya sendiri.
B.Blangkon solo
Blangkon solo
berbeda dengan blangkon jogja. Pada blangkon solo tidak terdapat mandholan hanya
sajablangkon gaya Solo mondholannya
trepes atau gepeng .
Karena
waktu itu lebih dulu mengenal cukur rambut karena pengaruh belanda, dan karena
pengaruh belanda tersebut mereka mengenal jas yang bernama beskap yang berasal
dari beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan.
Tidak adanya tonjolan hanya diikatkan jadi satu dengat mengikatkan dua pucuk helai di kanan dan kirinya, yang mengartikan bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat dalam pikiran orang jawa.
Tidak adanya tonjolan hanya diikatkan jadi satu dengat mengikatkan dua pucuk helai di kanan dan kirinya, yang mengartikan bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat dalam pikiran orang jawa.
0 komentar:
Posting Komentar